Kamis, 31 Juli 2014

Ketulusan Cinta

Sekarang, aku bukan lah gadis kecil lagi yang hanya menangis karna aku terjatuh, berdarah dan kesakitan, tapi sekarang aku sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang sudah cukup dewasa, walaupun belum sepenuhnya bisa dianggap dewasa. Karena kedewasaan tidak hanya dilihat dari umur seseorang, melainkan dari cara orang tersebut menyelesaikan sebuah masalah dan pola berpikirnya. Umur tidak mempengaruhi seseorang untuk dianggap menjadi dewasa ataupun kekanak-kanakan.



Kini aku sudah bisa merasakan begitu keras nya kehidupan didunia ini, aku bisa merasakan susahnya orangtua membesarkan anaknya hingga tumbuh dewasa, dan menjadi orang yang sukses seperti apa yang mereka harapkan. Walaupun sampai saat ini aku belum lepas dari orang tua, dan masih bergantung kepada ayah dan ibu. Mereka membesarkan ku dengan penuh kasih sayang dan cinta yang tulus tanpa syarat, dan tanpa kualifikasi.

Hanya cinta dari orangtua lah yang tidak harus melewati sebuah kualifikasi, hanya cinta orangtua lah yang tanpa syarat, dan penuh dengan ketulusan. Tidak ada cinta lain yang sehebat dan sekeren yang orangtua berikan kepada anaknya.

Dan kini, aku bisa menangis dan merasakan sakit, padahal aku tidak terjatuh dan berdarah. Aku menangis karna aku merasakan sakit karena cinta. Mungkin semua orang pasti pernah mengalami sakit karna cinta.

Seumur hidupku (20 tahun) ini, aku 2 kali menangis karna merindukan seseorang. Yang pertama, ditahun pertamaku kuliah jauh dari orangtua, aku menangis karna merindukan orangtuaku. Dan yang kedua, aku menangis karna aku merindukan seseorang yang jauh disana, seseorang yang bukanlah siapa-siapa ku, seseorang yang bahkan tidak pernah memikirkan ataupun merindukanku, dan merasakan apa yang aku rasakan. Bukan berarti dia jahat kepadaku, tetapi karna memang aku terlalu berharap kepada seseorang berlebihan. Padahal aku tau, semakin seseorang itu berharap, maka kemungkinan untuk kecewa pun akan semakin besar.

Aku tidak pernah menyalahkan nya, membencinya, ataupun menyesali karna mengenalnya. Justru aku berterimakasih kepada seseorang tersebut, seseorang yang tanpa ia sadari telah membuat aku jatuh hati, seseorang yang pertama kalinya membuat aku merasakan cinta yang sesungguhnya, seseorang yang membuat aku mengerti cara mencintai seseorang dengan tulus, dan tanpa syarat. Aku mencintainya dengan tulus, tanpa aku memikirkan siapa aku, dan siapa dia. Aku tidak pernah memintanya untuk membalas rasa cintaku, membalas apa yang pernah aku lakukan, yang aku tau, aku bahagia ketika aku bisa berbuat sesuatu untuknya, walaupun hanya hal-hal kecil dan mungkin tidak penting. Tapi semua aku lakukan bukan karna cinta, tapi karna sebuah ketulusan.

Sekarang aku mencintainya dengan tulus, tetapi tidak pernah di lihat dan dianggap sebagai seseorang yang memang sudah pantas untuk mencintai dan dicintai karna masih dianggap sebagai anak kecil, atau mungkin karna aku terlalu tidak tau diri, tidak pernah melihat siapa aku, dan siapa dia. Tetapi, aku tidak pernah mempermasalahkan nya, ataupun membencinya. Aku hanya akan menikmati rasa ini sampai akhirnya akan ada seseorang yang akan mencintaiku dengan tulus juga, mencintaiku tanpa syarat, dan tanpa harus melihat siapa aku, siapa dia, dan berapa selisih umur diantara aku dan dia. Aku percaya, ketika kita mencintai seseorang dengan tulus dan terabaikan, maka suatu saat akan ada seseorang yang lebih mencintai kita dengan tulus.

Dan cinta yang menyakitkan tetap lah cinta. Aku berfkir bahwa cinta adalah penghilang rasa sakit yang sempurna, tetapi ternyata juga menyakitkan. Cinta biasa dan cinta menyakitkan adalah 2 jenis obat yang berbeda. Cinta biasa adalah penghilang rasa sakit, sedangkan cinta menyakitkan adalah desinfektan, awalnya benar-benar menyakitkan, tapi kemudian bisa menyembuhkan luka dengan baik. Dan pada akhirnya cinta menyakitkan juga akan menyembuhkan. Aku percaya itu...

Tetapi sampai kapan rasaku ini bertahan, aku tidak pernah bisa memastikannya. Karna ini bukan lah cinta monyet yang dirrasakan oleh anak-anak, yang mudah hilang dan berganti begitu saja. Aku tidak akan menuntutnya, biarlah aku merasakan rasa ini sendirian, tanpa ada yang perlu tau dan mengerti apa yang aku rasakan. Biarlah aku menangis ketika tiba-tiba aku sangat merindukannya dan aku tidak bisa berbuat apa-apa. aku pernah mendengar ketika kita menangis saat merindukan seseorang itu artinya bahwa kita benar-benar sangat menyayangi orang tersebut. Dan sungguh, ini baru ku alami sekali seumur hidupku, aku merindukan seseorang hingga aku menangis tanpa sebab. Sama seperti aku menangis karna merindukan orangtua. Mungkin ini kah artinya bahwa aku benar-benar menyayanginya dan benar-benar merasakan jatuh cinta yang sebenarnya. Memang sulit, ketika aku berusaha untuk menghilangkan rasaku ini, rasanya sangat sakit, aku selalu belajar untuk melawan rasa ku ini, karna aku sadar bukan aku yang dia harapkan, dan bukan aku yang dia inginkan.

Terimakasih untuk semuanya, aku tidak akan pernah membencimu, dan menyalahkanmu karna telah membuatku jatuh hati. Aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai orang yang memberikan harapan palsu, karna memang kamu tidak pernah memberikan harapan kepadaku. Murni aku jatuh hati kepada mu berawal dari rasa kagum ku, rasa kagum yang berubah menjadi perasaan yang tidak tentu ini.

Mulai saat ini, aku tidak akan mengganggumu lagi, bukan karna aku berhasil menghilangkan rasaku, tetapi karna mulai besok aku akan lebih fokus ke kuliahku, aku adalah mahasiswi tingkat akhir, aku akan lebih menyibukan diri dengan tugas akhir ku, dan hanya akan sesekali ku menanyakan kabarmu, karna mungkin aku tidak akan ada waktu untuk mengurusi hatiku yang sudah terbiasa terabaikan.

Aku akan bertahan, sampai batasku. Bukan sekarang, tetapi ketika aku sudah berhasil mendapatkan gelar ku. Jika pada saat itu kuatku bertahan tidak mempunyai ujung, aku akan mencari titik yang baru untuk ku memulai melangkah lagi. Walau berat dan sakit, tapi inilah cinta. Karna, “CINTA YANG MENYAKITKAN, AKHIRNYA JUGA AKAN MENJADI OBAT YANG MENYEMBUHKAN LUKA DENGAN BAIK”.

-Lia KN-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar